Kamis, 01 Januari 2009

Pemr Sby ekspor beras

Perdagangan
Ekspor Beras Mulai Juli 2009
Rabu, 24 Desember 2008 | 02:49 WIB

Jakarta, Kompas - Perum Bulog akan memulai ekspor beras pada kuartal III-2009. Ekspor beras dilakukan setelah Bulog mendapat kepastian produksi beras 2009 mengacu angka ramalan I dan aram II Badan Pusat Statistik sesuai target.

Direktur Utama Perum Bulog Mustafa Abubakar mengungkapkan, saat ini banyak pengusaha dari berbagai daerah yang meminta bekerja sama dengan Bulog untuk mengekspor beras.

”Sekarang Bulog adalah satu-satunya lembaga yang diizinkan mengekspor beras. Ekspor dilakukan dari satu pintu agar mudah dikontrol,” ujar Mustafa dalam Evaluasi Akhir Tahun dan Prospek Pangan Indonesia 2009, Selasa (23/12) di Jakarta.

Menurut Mustafa, ekspor bisa dilakukan bila Indonesia surplus produksi beras 5 juta ton. Surplus itu akan tercapai manakala produksi beras sepanjang 2009 mencapai target. Departemen Pertanian menargetkan produksi padi tahun 2009 sebanyak 63,5 juta ton gabah kering giling. Produksi padi 63,5 juta ton GKG itu setara 35,9 juta ton beras bersih. Konsumsi beras nasional per tahun sekitar 30,9 juta ton.

Untuk mencari kepastian surplus produksi 5 juta ton, Bulog akan menunggu penghitungan produksi gabah dan beras oleh BPS dalam angka ramalan (aram) I dan II. Aram I merupakan hasil ramalan produksi padi pada Januari-Desember 2009, mengacu perhitungan produksi tahun sebelumnya. Adapun aram II hasil perhitungan realisasi produksi Januari-April 2009 dan ramalan Mei-Desember 2009.

”Kalau produksi beras dalam aram I naik dan aram II aman, baru ancang-ancang ekspor. Negara tujuan ekspor adalah Malaysia, Filipina, Timor Leste, dan Brunei,” katanya.

Ditanya berapa banyak volume beras yang bisa diekspor dengan surplus produksi 5 juta ton itu, Mustafa memperkirakan antara 1 juta ton dan 1,5 juta ton. ”Ekspor akan dilakukan dalam kualitas beras super, dengan kadar patahan 0-5 persen,” katanya.

Pertimbangan ekspor beras kualitas super karena segmentasi pasar terbatas dan ruang gerak harga luas. Diharapkan devisa yang diperoleh dari ekspor beras lebih besar.

Mengacu harga beras kualitas super di Thailand per 19 Desember 2008 mencapai 500 dollar AS per ton free on board—di mana penjual menanggung biaya pengangkutan sampai pelabuhan pengirim—untuk ekspor 1 juta ton- 1,5 juta ton, devisa yang bisa didapat negara 500 juta dollar AS-750 juta dollar AS. Nilai itu setara dengan Rp 5,525 triliun-Rp 8,29 triliun, dengan kurs rupiah terhadap dollar AS Rp 11.050.

Ketua Dewan Pertimbangan Organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Siswono Yudo Husodo memberikan apresiasi kepada para pemangku kepentingan dalam industri perberasan nasional yang telah mampu meningkatkan produksi beras sehingga lepas dari ketergantungan impor.

”Ini merupakan pengulangan ekspor surplus kita 24 tahun lalu (1984),” katanya. Siswono juga menyatakan, sekarang ini misi Bulog telah berubah dan berorientasi pada peningkatan produksi beras dalam negeri berbeda dengan sebelumnya.

Meski demikian, Siswono mengingatkan agar beras yang diekspor hendaknya beras simpanan Bulog yang dihasilkan dari panen tahun sebelumnya. Ekspor jangan dilakukan terhadap beras hasil panen baru, bagaimanapun juga Bulog harus mengutamakan kualitas beras yang bagus untuk kepentingan rakyat Indonesia, seperti untuk raskin. (MAS)

http://cetak.kompas.com/read/xml/2008/12/24/02491758/ekspor.beras.mulai.juli.2009

Tidak ada komentar: